Selasa, 05 September 2017

Tidak Peka, DPR Pun Kritik Humas Pertamina

Agen Bandar Kiu Online - Anggota Komisi VII DPR, Harry Purnomo meminta humas PT Pertamina bertindak proaktif dalam menanggapi kesimpangsiuran impormasi menyangkut Pertamina yang berkembang di masyarakat.

Belakangan terkait adanya isu impor Liquefied Natural Gas (LNG) dari Singapura yang diduga oleh publik bahwa impor itu dilakukan oleh Pertamina.

“Tolong Pertamina lebih komunikatif dengan publik, ada isu impor LNG dari singapura, buat saya mungkin itu sah-sah saja, tetapi jangan sampai menimbukan presepsi yang negatif di publik. Ini komunikator pertamina harus tanggap. Tolong lebih gesit humasnya itu,” kata Harry ditulis Selasa (5/9).

Karenanya menaggapi kritik DPR tersebut, Direktur Gas PT Pertamina Yenni Andayani menjelaskan bahwa keinginan impor itu bukan datang dari Pertamina, namun melainkan inisiatif Pemerintah bersama PLN.

“Jadi memang pemberitaan impor LNG dari Singapura itu bukan datang dari kami. Yang kami ketahui adanya pembahasan pak Menko (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan) bersama pihak Singapura yang mana barang kali sebagai pemasok pada PLN,” kata Yenni.

Terkait hal tersebut, berdasarkan agenda Menko Maritim, Luhut Binsar Panjaitan, hari ini dijadwalkan akan melakukan pertemuan kembali dengan perusahaan Keppel Offshore & Marine. Perusahaan ini yang menawarkan LNG kepada pemerintah Indonesia untuk memasok bahan bakar pembangkit PLN.

Namun dirasa aneh oleh banyak kalangan, bahwa perusahaan Keppel Offshore & Marine asal Singapura ini tidak memiliki domain bisni di migas, perusahaan ini cendrung bermain di bisnis pelabuhan dan perkapalan, lagi pula Singapura diketahui tidak memiliki ladang gas, sehingga disinyalir Offshore & Marine hanya berperan sebagai broker yang gas-nya sendiri berasal dari Indonesia.

Di sisi lain, kebijakan impor gas bertolak belakang dengan persedian gas dalam negeri yang melebihi kebutuhan konsumen. Berdasarkan data Neraca Gas Bumi Indonesia, memang sebelumnya diperkirakan Indonesia perlu melakukan impor gas pada tahun 2019. Namun setelah dilakukan update, ternyata terjadi penurunan kebutuhan karena program kelistrikan 35.000 MW yang belum rampung.

Selain itu terdapat pula peningkatan produksi dari Lapangan Jangkrik yang dikelola ENI yang semula 450 MMSCFD, dapat ditingkatkan menjadi 600 MMSCFD.

“Lapangan Jangkrik ini maju kan (produksinya), ternyata bagus (hasilnya). Yang tadinya didesain 400 sampai 450 MMSCFD, pas dites bisa sampai 600 MMSCFD. Jadi kemungkinan besar 2019 tidak perlu impor,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi IGN Wiratmaja Puja pada waktu itu.

“Tambahan produksi gas lainnya, berasal dari Tangguh Train 3 tahun 2020 yang membuat pasokan gas Indonesia tetap aman. “2020, begitu Tangguh Train 3, masuk nggak perlu impor lagi,” ujarnya.

Produksi kembali bertambah apabila Blok Masela berproduksi tahun 2025-2027 Agen Betting Online

0 komentar:

Posting Komentar